malah bisa lebih baik. Indonesia juga pasti bisa kok, Jika orang Jepang saja dengan kepadatan seperti itu bisa tertib, ternyata ada juga kesan bahwa kesengsaraan tersebut bisa dikemas dengan indah dan artistik bila melihat dari sisi baiknya. Selain Michael Wolf ingin menyampaikan kengerian padatnya commuter line Tokyo, tapi bukan berarti dengan populasi Indonesia yang jauh lebih banyak maka akan susah belajar hal tersebut dari mereka. Jepang memang negara dengan disiplin tinggi dan sangat tertib,
lebih baik kita gak mencampuri orang lain kecuali ia memang butuh bantuan. namanya juga penumpang commuter line banyak macamnya, Kalau di Indonesia: yah,
Kira-kira dia kenapa ya? Kalau di Indonesia: semua orang juga begitu sih kalau lagi galau atau melankolis.20.
Seakan seperti lagi di video klip sebuah lagu ya. 19.
bukan mempermalukan siapapun. pakai bukti hanya untuk diurus ke pihak berwajib, Jangan dibiasakan ya, menyebarkan ke banyak orang. Kalau di Indonesia: ponsel sudah bisa jadi senjata untuk rekam dan upload ke media sosial,
punya alat perekam yang bisa jadi bukti. Jika ada kejadian yang gak diharapkan, 18.
nanti jadi gak semangat kerjanya. Kalau di Indonesia: Jangan bayangin ada "sesuatu" di dalam commuter line,
Bisa jadi poster film horor yang bagus kalau di samping ibu ini ditambahkan "sesuatu". 17.
Kalau di Indonesia: pegangan sambil teriak kalau keretanya ngerem.
Yang mana saja boleh. Ini berpegangan atau berdoa? 16.
jangan sampai seperti film Train to Busan. Kalau di Indonesia: semoga yang naik di dalam commuter line semuanya memang manusia,
Drakula atau geisha? 15.
Kalau di Indonesia: "oke otre" bukan ya?
Seperti kenal gaya tangan itu. Kalau di Indonesia: update di media sosial tentang kepadatan hari ini.14.
Tolong …. 13.
Jangan deh ya! atau pilih pura-pura tidur? Kalau di Indonesia: langsung dikasih saja tempat duduk daripada dilihatin begitu,
Apa kamu lihat-lihat? 12.
Kalau di Indonesia: yang penting gak terdorong-dorong.
setidaknya tertangkap kamera dalam pose yang bagusan. Walau berdempetan, 11.
di mana-mana juga butuh kesabaran. itu manusiawi kok, Kalau di Indonesia: tenang saja,
Ada juga yang susah payah menahan rasa kesal. 10.
Jika di Jepang itu sudah didenda. padahal gak sedang mendengarkan musik. Kalau di Indonesia: kadang ada yang bergumam menyanyi saat sangat berdempetan sesak,
Musik akan menjadi penyemangat di saat seperti ini. 9.
Kalau di Indonesia: semoga gak ada yang berpikir kesempatan dalam kesempitan.
Anugerah dalam serba dempet. 8.
Kalau di Indonesia: berharap stasiunnya gak kelewatan dan segera bergeser ke arah pintu saat beberapa stasiun sebelum tujuan.
Harus siap menghadapi hari! 7.
asal momennya sedang pas jangan waktu ada yang marah-marah. Kalau di Indonesia: bisa juga kok kepadatan kita dikemas seperti karya modern,
Sebuah ekspresi bisa selayaknya karya seni modern. Kalau di Indonesia: orang yang bisa ikhlas sabar sampai mukanya menempel di kaca kereta itu luar biasa.6.
Ada sedikit senyuman walau kepepet. 5.
Kalau di Indonesia: Semoga juga selalu ingat untuk berdoa di perjalanan.
Berdoa pada Tuhan agar selalu dikuatkan dan sabar. 4.
Kalau di Indonesia: Sudah kebingungan sendiri karena make-up akan luntur.
Berusaha tenang dalam kesempitan. 3.
gak hanya melalui fisik tapi sudah diungkapkan dengan berbagai umpatan dan nama hewan. Kalau di Indonesia: Kalau ada masalah,
karena berbicara itu gak etis. Diekspresikan dalam gerakan, 2.
Kalau di Indonesia: Siku dan tangan sudah mendorong paksa ke arah berlawanan agar gak tergencet.
Ada keindahan dalam kesenduan. 1.
mereka seperti dalam perjalanan menuju alam kematian. Berikut 20 karya fotografi Michael Wolf yang akan membuatmu masih bersyukur dengan commuter line di Indonesia. Ia menambahkan bahwa semuanya nampak seperti sardin kalengan, Pernyataannya tersebut ia sampaikan pada CNN. Menurutnya orang-orang tersebut dihimpit paksa ke dinding dalam kereta seiring makin banyak orang yang "dilempar" masuk. Sang seniman itu sendiri menyertakan beberapa kata-kata kasar dalam mendeskripsikannya. Hasilnya adalah sebuah kumpulan foto yang fotografernya sendiri sebut sebagai "Tokyo Compression".
Kemudian ia menghabiskan bertahun-tahun menjelajahi jaringan kereta bawah tanah dengan kameranya untuk menangkap momen orang-orang "terjebak" dalam mimpi buruk klaustrofobik di dalam commuter line. ketika terjadi serangan gas sarin heboh yang terjadi pada sistem kereta bawah tanah kota tersebut. Michael pertama menyadari kepadatan kereta bawah tanah Tokyo yang luar biasa sejak tahun 1995, pemandangannya cukup "campur aduk" untuk digambarkan. Seperti yang akan kamu lihat, Seorang fotografer Jerman yang tinggal di Tokyo akan mengajakmu untuk melihat lebih dekat ibukota Jepang melalui kacamata para penumpang harian commuter line-nya.
Source: IDN Times
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.