Biz&Tech - 5 Hiu Berjalan Ditemukan di Perairan Indonesia

Jannet 03.11
5 Hiu Berjalan Ditemukan di Perairan Indonesia
Empat dari total sembilan jenis Hiu Berjalan bahkan endemik Indonesia, atau hanya ada di perairan Nusantara.

Keempat jenis hiu endemik tersebut adalah Hiu Berjalan Raja Ampat (Hemiscyllium freycineti), Hiu Berjalan Teluk Cendrawasih (H. galei), Hiu Berjalan Halmahera (H. halmahera), dan Hiu Berjalan Teluk Triton Kaimana (H. henryi).

Perairan Indonesia ternyata merupakan rumah dari habitat hiu unik. Lima dari sembilan spesies Hiu Berjalan sudah berhasil ditemukan dan diidentifikasi berada di perairan Indonesia. Lebih spesifik lagi, empat spesies di antaranya endemik, atau hanya ada di negara ini.

"Sejauh ini, baru spesies Hemiscyllium freycineti yang ada di Raja Ampat yang dilindungi oleh Perda Raja Ampat No. 9 Tahun 2012 mengenai Larangan Penangkapan Ikan Hiu, Pari Manta, dan Jenis-jenis Ikan Tertentu di Perairan Laut Raja Ampat," ujarnya.

"…jangan sampai jenis hiu tersebut banyak ditemukan di akuarium-akuarium ikan hias namun sulit ditemukan di habitat aslinya," tutup Fahmi.

Mengapa disebut sebagai Hiu Berjalan? Bukan memiliki kaki, tapi hal ini lebih karena gerakan sirip-siripnya di dasar laut seperti melata atau berjalan. Utamanya mereka mendiami perairan dangkal, dan umumnya bisa dilihat pada malam hari.

Fahmi menambahkan bahwa hasil temuan ini akan dikomunikasikan kepada pemerintah daerah sebagai pengelola kawasan pesisir untuk mendorong perlindungan bagi spesies hiu berjalan di Indonesia.

Dalam siaran pers yang diterima Beritagar.id, Rabu (11/1), pakar hiu dari LIPI, Fahmi, menjelaskan bahwa sebaran Hiu Berjalan yang terbatas antara lain disebabkan karena memiliki sifat biologi yang unik, tidak seperti spesies ikan terumbu karang lain.

Hiu Berjalan jenis Hemiscyllium freycineti, ditemukan pertama kali di Raja Ampat pada tahun 1824. Pada tahun 2008, H. henryi ditemukan di perairan Kaimana, dan H. galei ditemukan di Teluk Cenderawasih. Sedangkan H. halmahera ditemukan perairan Halmahera pada 2013.

Semua ikan hiu memang sudah pasti bisa berenang, tetapi hanya beberapa spesies saja yang disebut "Hiu Berjalan" (walking shark).

Hasil studi yang dilakukan terhadap sembilan spesies hiu berjalan, sementara ini menyimpulkan bahwa daerah sebaran kesembilan spesies hanya terbatas di wilayah cincin utara Benua Australia, Papua Nugini, Perairan Papua Barat, Halmahera, dan Aru.

Monitoring secara berkala dilakukan oleh CI di perairan Papua Barat menyimpulkan bahwa populasi Hiu Berjalan berada dalam ancaman karena daerah sebaran yang terbatas daripada perkiraan sebelumnya.

Kelompok Hiu Berjalan secara taksonomi sering disebut dengan Hiu bambu (bamboo shark) dan termasuk dalam genus Hemiscyllium.

Saat ini kelompok Hiu Berjalan merupakan kelompok ikan hiu yang sering dijadikan ikan hias dan memiliki nilai jual tinggi di pasaran internasional. Beberapa negara maju bahkan sudah melakukan upaya budidaya spesies hiu berjalan untuk kepentingan komersial.

Temuan ini merupakan perkembangan hasil temuan sebelumnya. Saat itu studi menunjukkan bahwa daerah sebaran Hiu Berjalan luas dari bagian utara Benua Australia, Papua Nugini, hingga Seychelles di Samudera Hindia, dan Pulau Solomon di Pasifik.

Akibatnya, spesies unik ini lebih mungkin terpapar terhadap ancaman setempat seperti penangkapan ikan yang tidak bertanggung jawab, tumpahan minyak, peningkatan suhu, bencana seperti angin siklon dan tsunami, dan lainnya.

Satu spesies lainnya, yaitu H. trispeculare ditemukan di perairan Aru Maluku, namun spesies ini hidup juga di pantai utara dan barat Benua Australia.

Selain itu, tipe reproduksi dari kelompok hiu ini tidak biasa. Mereka meletakkan telur-telurnya pada substrat tertentu untuk kemudian menetas dan berkembang menjadi menjadi individu dewasa pada habitat yang sama.

Ancaman yang menghantui

Kelompok ikan hiu ini memiliki kemampuan berenang yang terbatas dan amat tergantung pada habitat dan kedalaman tertentu sehingga tidak sanggup bergerak jarak jauh dan tidak memiliki potensi sebaran yang tinggi.

Source: Beritagar.id

Temuan terbaru ini merupakan hasil kerja sama yang dilakukan Conservation International (CI) bersama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Western Australian Museum, dan California Academy of Science.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.